Equator Online

Equator Online
Pasang Iklan

SOSOK " LIM BAK MENG " PAHLAWAN KALIMANTAN BARAT YANG TERLUPAKAN

 Rumah sederhana di Jalan Siaga II, Kabupaten Kubu Raya. Andreas Hadi (65 tahun) keluar dari kamarnya, sambil menenteng tumpukan dokumen yang diikat dengan seutas tali. Ia bukan main bangganya. Ia baru saja menerima piagam dan medali kepahlawanan untuk Almarhum Ayahnya, Lim Bak Meng alias Petrus Limbung. Piagam itu dikeluarkan oleh Badan Pembudayaan Kejuangan Angkatan 45, atas jasa-jasa almarhum. “Sudah lama kami memperjuangkan nama bapak (Lim Bak Meng). Tapi baru sekarang kita merasa benar-benar dihargai. Kami mengumpulkan ratusan dokumen dan foto-foto tentang bapak,” kata Andreas sambil menepuk tumpukan kertas-kertas kuno yang cukup tebal.


Siapa Lim Bak Meng ?


Lim Bak Meng, nama itu asing bagi orang Indonesia, termasuk dikalangan tionghoa sekalipun. tapi jasa dan perjuang beliau sangat besar bagi Indonesia.

Lim Bak Meng merupakan pemuda keturunan Tionghoa yang lahir di Nibung Seribu Pontianak (sekarang Kubu Raya) pada 22 September 1908. Dia adalah seorang pejuang dari Kalimantan Barat dan politisi Partai Persatuan Dayak. Namanya terkenal pada tahun 40 sampai 70an, karena ia banyak menempati jabatan penting di Kalimantan Barat.

Sejak Sekolah Menengah Atas, ia sudah ikut organisasi olahraga seperti organisasi sepak bola, basket, dan tenis di Sanggau, Sambas, dan Mempawah.

Karir politik dan kontribusi

Pra-kemedekaan

Kemudian, Lim juga mengikuti gerakan politik nasionalis di bawah partai Persatuan Indonesia Raya yang memperjuangkan kemerdekaan. Dan selain itu pula, Lim aktif mengajarkan dan menyebarkan Bahasa Indonesia di sekolah-sekolah Tionghoa daerah Sungai Pinyuh, Ketapang, Sambas, Mempawah, Sekadau, dll.

Pada 1941, didirikan sebuah partai bernama Dayak in Action (DIA) di Putussibau dengan ketua pada awalnya adalah FC Palaoensoeka dan seorang pastor Jawa Adikarjana dan Lim menjadi bagian dari partai ini. Lalu, partai ini dipindahkan ke Pontianak dan namanya diubah menjadi Partai Persatuan Dayak pada 1 November 1945.

Setelah kemerdekaan

Pada masa Revolusi Kemerdekaan, perannya begitu penting dan menonjol. Maka, pada 12 Mei 1947, ia menjadi anggota dewan administratif Daerah Khusus Kalimantan Barat yang disebut Dagelijk Bestuur atau Badan Pemerintah Harian (BPH); dari orang PPD ada Oevaang Oeray, Lim Bak Meng sendiri (orang Cina Katolik) dan AF Korak. Dan ada pula HM Sauk yang bukan dari PPD.

Bersama Dr. Soedarso, Thomas Blaise, Hasan Fattah, Ismail Hasan, dan tokoh-tokoh lainnya mendirikan Badan Pemberontakan Indonesia Kalimantan Barat dan tokoh seperti Thomas Blaise melakukan gerakan bawah tanah di daerah pesisir Kalimantan. Perjuangan itu terus dilakukan hingga persetujuan Konferensi Meja Bundar tahun 1949.

Pada tahun 1950, Partai Dayak kekurangan dana untuk kongres partai. Lim Bak Meng membuat sebuah perusahaan perdagangan kecil, tapi perusahaan ini tidak sukses yang namanya NV Tjemara. Perusahaan ini ia buat untuk mendanai kongres Partai Dayak pada tahun itu. Partai ini sudah melakukan 2 upaya lain, yakni mengharapkan bantuan relawan dan membuat suatu kebijakan lain, yakni 3 persen PNS Dayak disuruh untuk memberikan 3% gaji mereka untuk pendanaan ini.

Liem Bak Meng yang dicatat sebagai tokoh pejuang yang mengedepankan pluralisme dan NKRI. Liem Bak Meng tetap berpegang teguh pada NKRI, meskipun kurun 1950, berdiri Republik Indonesia Serikat (RIS). Saat penyerahan kedaulatan dari Belanda ke Indonesia (khusus wilayah Kalbar), tepat pukul 16.00, 29 Desember 1949, bersama-sama dengan Oevaang Oeray, Korak Guru Saleh, dan M Rifai, ia menurunkan bendera Belanda, lalu menggantinya dengan Sang Saka Merah Putih.

Liem Bak Meng juga memiliki kontribusi besar pada pembebasan Irian Barat. Ketika itu, pada 20 Mei 1958 dia menjadi anggota Dewan Pleno Front Nasional Pembebasan Irian Barat di daerah Kalimantan Barat. Dia juga tercatat sebagai pendiri klinik “Kharitas Bhakti”, yang sekarang dikenal sebagai RS Kharitas Bhakti di Pontianak.

Pada 1951 ia menjadi anggota KMK Kalbar. Tahun 1952 ia mendirikan Partai Katolik Komisariat Kalbar dan memegang jabatan Ketua I. Partai ini kemudian menjadi salah satu yang paling diperhitungkan di Kalbar saat itu. Kemudian, pada 20 Mei 1958 dia menjadi anggota Dewan Pleno Front Nasional Pembebasan Irian Barat di daerah Kalimantan Barat. Dia juga tercatat sebagai pendiri klinik “Kharitas Bhakti”, yang sekarang dikenal sebagai RS Kharitas Bhakti di Pontianak.

Pada tanggal 6 November 1958, ia dilantik oleh Mendagri sewaktu itu, Sanusi Hardjadinata sebagai anggota DPRD Kalbar bersama kesebelas kawannya yang lain dari PPD. Tahun 1959, ia disumpah menjadi angora Dewan Daerah Swatantra Tingkat I Kalbar. Pada tahun ini pula, ia menjadi Pembina Lembaga Kesatuan Bangsa.

Pada tahun 1960, sewaktu Konfrontasi Indonesia-Malaysia, ia diutus ke Sarawak untuk menjajaki kekuatan Belanda. Dan menjadi spionase tentu saja mesti total. Saat pergolakan G30S yang membawa-bawa nama PKI, PGRS, dan Paraku, ia ditunjuk oleh Pangdam Tanjungpura saat itu, AS Witono untuk memimpin misi sosial dan gerakan pembauran etnis Tionghoa. Peralihan Orde Lama ke Orde Lama banyak memeras tenaganya.

Pada masa Orde Baru, ia diharuskan mengganti nama, dari nama Tionghoa ke nama yang lebih Indonesia. Pada masa 1970-an ia lebih dikenal dengan nama Petrus Limbung. Petrus adalah nama baptisnya, sedangkan Limbung adalah nama marga dan desa kelahirannya. Ia masih aktif di perpolitikan sampai pertengahan tahun 1970-an. Jabatan terakhirnya adalah Ketua V Golkar Kalbar.

Masa tua dan meninggal

Di masa tuanya, ia tak pernah menerima penghargaan, materi, atau piagam apapun. Bahkan saat pihak keluarga ingin mengambil uang pensiun, mereka pun ditolak. Keluarga Lim masih memegang SK itu, tapi SK tersebut ditolak dengan berbagai alasan. Baik Liem Bak Meng masih hidup hingga jandanya pun tidak pernah mendapatkan santunan seperti tokoh pejuang lainnya,” ungkap anaknya, Andreas Hadi Limbung.

Ia menceritakan, justru pernah mengurus pensiunan alharhum dengan menunjukan semua dokumen yang lengkap termasuk surat bukti dan semuanya, tetapi tidak pernah diakui pemerintah dan ditolak oleh pemerintah saat itu.

Kendati demikian, ia mengatakan akan tetap melanjutkan perjuangan almarhum Lim Bak Meng yang belum selesai. “Karena sebelum meninggal dunia, saya satu-satunya yang ditunjuk bapak untuk melanjutkan cita-cita bapak, yaitu mempersatukan bangsa,” ucapnya.





Source & Image

google.com

DAFTAR NAMA STASIUN TELEVISI LOKAL KALIMANTAN BARAT

 Kehadiran Siaran Televisi lokal ialah sebagai media penyampaian informasi yang memfokuskan pada penyajian berita seputar daerah dengan tujuan untuk membangun keingintahuan masyarakat terhadap perkembangan yang terjadi didaerah mereka.

Berikut adalah beberapa daftar nama stasiun televisi yang ada di Provinsi Kalimantan Barat yang beroperasi berdasarkan Kabupaten atau Kota dengan jalur frekuensi nya.




TVRI Pontianak
Frekuensi : CH.7 VHF

Kabupaten/Kota : Pontianak

KCTV
(PT. Kapuas Citra Televisi)
Frekuensi : CH.45 UHF
Kabupaten/Kota : Pontianak, Kalimantan Barat

Ruai TV
(PT. Ruai Televisi)

Frekuensi : CH.43 UHF
Kabupaten/Kota : Pontianak, Kalimantan Barat

Ktv (PT. Media Khatulistiwa Televisi)

Frekuensi : CH.39 UHF
Kabupaten/Kota : Pontianak, Kalimantan Barat

PonTV
(PT. Media Utama Televisi Pontianak)
Frekuensi : CH.47 UHF
Kabupaten/Kota : Pontianak, Kalimantan Barat

Matahari TV (Matahari TV)
Frekuensi : CH. UHF
Kabupaten/Kota : Pontianak, Kalimantan Barat

Sambas TV (TV Perbatasan Sambas)
Frekuensi : CH.40 UHF
Kabupaten/Kota : Sambas, Kalimantan Barat



Mungkin daftar diatas hanya sebagian besar nama stasiun televisi lokal yang saya ketahui, untuk menyempurnakan daftar stasiun televisi lokal tersebut, silahkan anda tambahkan lagi daftar nama stasiun televisi lokal yang ada di Kalimantan Barat dengan memberikan komentarnya disini.

DAFTAR NAMA RADIO YANG ADA DI KALIMANTAN BARAT

 Seperti yang kita ketahui, bahwa sampai hari ini radio masih sangat dibutuhkan oleh sebagian masyarakat Indonesia sebagai media penyampaian informasi dan hiburan yang hanya bisa dinikmati melalui indera pendengaran.

 Baiklah, berikut adalah beberapa daftar nama stasiun radio yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dan dibagi lagi menjadi beberapa kawasan pengoperasian siaran.




Kota Pontianak
  • Radio Volare 103,4 FM
  • Radio Swara Prima 99,5 FM
  • Sindo Radio Pontianak: 97,5 FM
  • Radio Sonora 96,7 FM
  • Radio Arinanda 90.8 FM
  • Radio Mercu Suara 89.2 FM
  • Radio Kenari 101 FM
  • Radio Mujahidin 105,8 FM
  • Radio RRI Pro 1 104,2 FM
  • M Radio 105 FM
  • Radio RAMA (Suara Masyarakat Adat) 107,9 FM
  • Mazmur 21 / Psalm 21 (Komunitas Yordan) 107,7 FM
  • Kans Radio 88.4 FM
  • Radio Madina 90 FM
  • Radio Primadona
Kota Singkawang
  • Radio SETIA FM 96,1
  • Bomantara FM 102.0
  • Radio Citra FM 101.2
  • Diaros Duta Swara FM 103.6
  • Radio Mustika FM 102.8 
  • Radio Gasika

Kota Sambas

  • Radio Swara Sambas FM 104.4

Kota Mempawah

  • Radio Suara Praja FM 91.2


Masih ada banyak lagi stasiun radio yang beroperasi di Kalimantan Barat yang mungkin tidak disebutkan pada daftar diatas. Untuk melengkapi kekurangan tersebut, diharapkan agar para pembaca bisa menambahkan daftar nama-nama radio yang ada di Provinsi Kalimantan Barat dengan memberikan komentarnya disini.

MOHAMMAD SYAFEI TOKOH PENDIDIKAN ASAL KALIMANTAN BARAT

 Mohammad Syafei lahir tahun 1893 di Kota Ketapang atau lebih tepatnya didaerah Natan, Provinsi Kalimantan Barat (West Borneo). dan kemudian diangkat menjadi anak oleh pasangan berdarah minang bernama Ibarahim Marah Sutan dan Andung Chalijah, kemudian dibawa pindah ke Sumatra Barat dan menetap di Bukit Tinggi. Marah Sutan adalah seorang pendidik dan intelektual ternama. Dia sudah mengajar diberbagai daerah di Nusantara, pindah ke Batavia pada tahun 1912 dan disini aktif dalam kegiatan penertiban dan Indische Partij.

Moh.Syafei menamatkan pendidikan di sekolah Rakyat tahun 1908, masuk sekolah Raja (Sekolah Guru) di bukit tinggi dan lulus pada tahun 1914 dan kemudian mengikuti kursus guru gambar pada Bataviashe Kunstkring di Betawi (Jakarta), disamping itu ia juga mempelajari beberapa macam pekerjaan tangan pada tukang-tukang Indonesia di Betawi dan Bogor seperti kepandaian mengerjakan tulang,tanduk,bamboo dan lain-lain. Karena berpendapat untuk memajukan Indonesia dengan cepat, maka kaum ibu adalah salah satu tenaga penting bagi usaha tersebut dan setibanya di Jakarta dari Bukit Tinggi dia lalu mengajar pada sekolah Kartini di pintu Besi Gunung Sahari,Jakarta dengan Murid pada permulaannya hanya 36 orang wanita. pada waktu itu anak-anak perempuan belum dibiasakan untuk meninggalkan rumah karena masih dalam pingitan. Dia menjadi guru pada sekolah Kartini selama 6 tahun dan seiring waktu jumlah murid meningkat pesat menjadi 800 orang lebih ketika ditinggalkannya pada tahun1927. Selama mengajar di sekolah kartini beliau juga diizinkan untuk mengerjakan pekerjaan tangan secara Fakultatif dan juga dia bekerja pada surat kabar harian yang diterbitkan oleh bapak Alam Mara Sutan dan majalah migguan untuk pembaca dewasa dan majalah anak-anak sekolah rakyat pemerintahan Hindia Belanda dan sekolah-sekolah swasta. Disela-sela kesibukannya menyempatkan diri untuk belajar menggambar Pada tahun 1916 dia menempuh Ujian mengikuti ujian Negara untuk menjadi guru gambar pada sekolah lanjutan tingkat pertama dan lulus dengan hasil yang memuaskan. Beliau adalah anak Indonesia yang pertama yang mendapatkan Izasah tersebut. dan bahkan saat menyerahkan hasil ujian Juru bicara penguji berkata : "Hasil pekerjaan beliau sangat baik seandainya tuan adalah orang Belanda tuan akan mendapatkan nilai 9 atau 10 tetapi Karena tuan bangsa pribumi kami berikan nilai 8 untuk tuan".

Beliau juga aktif dalam gerakan politik semenjak tamat sekolah di Bukit Tinggi bahkan aktif dalam Budi Utomo ,membantu Wanita Putri Merdeka serta menjadi anggota partai Insulide pada tahun 1915 yang kemudian berubah menjadi Indische Partij .dibawah pimpinan Tiga Serangkai, beliau mengajukan usulan pada Pemerintah Hindia Belanda supaya memudahkan pelajaran Bahasa Belanda bagi anak-anak Indonesia. dalam tahun itu juga beliau mengajukan Mosi meminta pemerintah Hindia Belanda untuk membuat Parlemen bagi Indonesia. Di tahun 1917 pada kongres Insulide di Semarang beliau juga mengajukan usul pemerintahan Hindia Belanda untuk menukar Punale Sanctie dengan perjanjian buruh merdeka.

Beliau juga turut aktif dalam gerakan Dr.A.G. Niewenhuis, seorang ahli pendidikan dan bahasa untuk mengajar bahasa pada anak-anak usia 10 tahun ke atas, dengan demikian bahasa asing dipelajari terlebih dahulu sebelum bahasa asing menjadi sendi yang kuat untuk mempelajari bahasa asing. hal ini disebabkan karena anak-anak yang berumur 6 tahun pada sekolah HIS diajarkan bahasa belanda yang membuat anak-anak zaman itu sangat terbebani. Gerakan itu berhasil dengan dibentuknya sekolah Schakel yang setraf dengan HIS tapi muridnya adalah tamatan sekolah kelas 3 sekolah Bumiputra dan rakyat.

Sesudah aktif dalam berbagai bidang tersebut di Indoesia selama lebih dari 10 tahun. Dia mencoba memberi tinjauan terhadap berbagai hal tentang keadaan di Indonesia. Dia ingin menambah tinjauannya tersebut dengan sudut pandang dari luar negeri khususnya dari Belanda karena tinjauan tersebut nantinya akan membawa manfaat bagi pendidikan Indonesia juga.

Pada tanggal 31 Mei 1922, Moh.Syafei berangkat ke negeri Belanda menempuh pendidikan atas biaya sendiri. Belajar selama 3 tahun dengan memperdalam ilmu musik, menggambar, pekerjaan tangan, sandiwara termasuk memperdalam pendidikan dan keguruan. Di Belanda di melakuakan tinjauan ke berbagai bidang seperti Ilmu dan tinjauan masyarakat sehingga dia tidak mengikuti pelajaran kelas seperti biasa tetapi lebih banyak mendapatkan pelajaran istimewa atau Privaat-oderwijs. dibidang pendidikan dia mendapati bahwa sekolah-sekolah swasta lebih baik dari pada sekolah pemerintah terutama pada pendidikan dasar dan menengah.

Pada tahun 1925, beliau kembali ke Indonesia untuk mengabdikan ilmu pengetahuannya pada sekolah Kartini di Jakarta dan perguruan lain serta diangkat menjadi Ajunct Inspektur oleh pemerintah Hindia Belanda tetapi dia menolaknya karena ingin membuat sekolah dengan system sendiri. Setelah melakukan tinjauan di Indonesia dan diluar negeri maka lalu bersama Ayahnya Mara Sutan menyusun suatu program berdasarkan beberapa pertanyaan. ”Bagaimana Hendaknya bentuk pendidikan bangsa Indonesia berdasarkan keadaan yang ada dari berbagai aspek”. sesudah itu muncul lah garis arah yang penting untuk pegangan dalam melakukan pekerjaan pendidikan seperti berikut :

- Berusaha mencapai Indonesia Mulia Sempurna.
- Pendidikan Umum dan Kejuruaan sedapat mungkin disatukan.
- Bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar, Bahasa Belanda sekedar mengerti, bahasa Inggris aktif.
- Kebudayaan nasional sangat dipentingkan.
- Bakat dikembangkan.
- Pusat pemikiran diutamakan.
- Percaya dan berusaha atas tenaga sendiri.
- Rasa Kekeluargaan yang mendalam.
- Biasa pada hidup sederhana.
- Contoh sebagai media pendidikan.
- Sebanyak mungkin pekerjaan diberikan pada pelajar sehingga mereka tidak hanya sebagai objek tetapi juga subjek.
- Menjadi manusia susila,bertubuh kuat dan sehat cerdas logis serta ulet dan gigih.
- Mempunyai rasa tanggung jawab terhadap keselamatan Nusa bangsa Indonesia serta berperikemanusiaan.
- Menjadi manusia kreatif aktif dan kreatif imitative dan emosional yang sehat.
- Usaha-usaha didasarkan atas koperasi.
- Bersebdikan pengetahuaan umum yang sederajat dengan MULO atau SMP diberikan pengetahuaan Umum.
- Tiga cara pengajaran dipergunakan: auditif, visual, dan monotorik-taktil.
- 50% untuk mengembangkan ilmu biasa dan 50% untuk perkembangan bakat, kejuruaan dan latihan untuk menjadi subjek.
- Pelajar dibiasakan dalam dua macam keadaan ,dalam keadaan serba kurang dan kecukupan.



Sumber :
 Diambil dari berbagai referensi

NASKAH MELAYU KUNO SAMBAS YANG TERSERAK

Ratusan lembar naskah Melayu Kuno di Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, perlahan mulai berpindah tangan ke Malaysia yang gencar menasbihkan diri sebagai pusat peradaban Melayu di dunia.

Setumpuk  naskah lama tergeletak di lemari. Berhuruf Melawi Jawi atau Arab Gundul. Naskah berjajar tak teratur. Terserak bersama sekumpulan buku kuno. Kunci lemari terbuat dari gerendel kecil, mudah dibungkas.

Rumah berarsitektur khas Melayu tersebut tak ada yang merawat. Pekerja pembangunan masjid menjadikannya gudang dan ruang rehat. Tumpukan sekop, panci, dan kompor bercecer di segala ruang. Naskah dan rumah sama tak terawatnya.

Itulah ironi rumah khas Melayu di Kampung Dagang, Kabupaten Sambas, Kalimantan Barat. Rumah itu milik ulama terkenal di Sambas, Basuni Imran, yang bergelar “Sang Maharaja Imam”. Rumah Basuni Imran diperbaiki untuk dijadikan museum, tetapi perbaikan dan pengisian benda sejarah tak kunjung usai. Semua terbengkalai.

Kabupaten Sambas terletak di ujung pantai utara Kalimantan Barat. Berjarak sekitar 225 kilometer dari Kota Pontianak. Sambas pernah jadi perlintasan budaya, agama, perdagangan, dan jalur ekspansi antarnegara. Hal itu bisa dilihat dari berbagai barang kuno yang ditemukan di Sambas, misalnya, patung Buddha Mahayana terbuat dari emas dan perunggu yang dianggap sebagai patung Buddha tertua di Indonesia. Sayangnya, patung itu tiba-tiba raib dan muncul di Balai Lelang Southeby’s, London tahun 2002.

“Sambas jadi salah satu pintu masuk ke wilayah Nusantara,” kata Mul’am Kusairi, pencinta barang kuno dan seni di Sambas dan juga mengajar kebudayaan dan kesenian Melayu Sambas di salah satu universitas di Malaysia.

Hal itu bisa dilihat dengan ditemukannya kontrak dagang pada 1609, antara kesultanan Sambas dengan Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC). Sambas masuk dalam jajaran sejarah perekonomian awal di Indonesia. Juga ditemukan berbagai senjata dari Eropa di Sambas, seperti pedang, meriam, dan lainnya. Artinya, banyak orang meninggal di Sambas. Dalam ketentaraan, senjata tidak boleh ditinggal. Kecuali ditawan atau dibunuh.

Senjata yang ditemukan sebagian besar pedang perwira. Pedang perwira banyak hiasan dan inisial. Pedang prajurit tidak ada hiasan dan inisial. Senjata ditemukan di tempat yang dianggap sarang lanun atau perompak. Pedang sebagian besar dari Inggris, Belanda, Prancis, dan Amerika Serikat. Pedang Moghul atau India juga banyak. Rata-rata buatan abad ke-17 hingga abad ke-18. (Muhlis Suhaeri)
 

#Baca artikel lengkapnya di Majalah Warisan Indonesia Vol.02 No.14

Source

www.warisanindonesia.com


Semua bentuk peninggalan masa silam yang ada di Kalimantan Barat, khususnya dalam hal ini peninggalan tentang kebudayaan Melayu, haruslah kita pelihara sebagaimana mestinya dan tetap kita jaga. dengan demikian, cerita masa lalu yang mungkin akan kita ceritakan kembali kepada anak cucu kita masih bisa dilihat bukti peninggalannya secara nyata dan tidak dianggap mitos belaka.
 Dan generasi penerus Kalimantan Barat sudah seharus berperan dalam menyelamatkan warisan peninggalan kebudayaan, khususnya Warisan kebudayaan Melayu. Jika tidak, Maka berganti sudah semboyan melayu menjadi " Hilang Melayu ditelan Zaman ".
Back To Top